Mitra Kerjaku Itu Ternyata Kawan Lamaku

 Tak menyangka memang ia sudah mempunyai rumah sendiri Mitra kerjaku itu ternyata kawan lamaku
Tak menyangka memang ia sudah mempunyai rumah sendiri. Maklum ia seorang designer, mungkin ia sudah menciptakan proyek-proyek sendiri. Saat memasuki rumahnya, saya tak akan percaya kalau beliau yang mendesain sendiri rumahnya. Dominasi warna cokelat menghiasi ruangan keluarga yang berada dilantai Dua.

Dia mempersilahkanku memasuki ruangan keluarganya yang bagiku itu ialah private bagi tamu. Ah beliau kan sudah menganggapku lebih dari sahabat, masuk akal kan beliau mengajakku ke wilayah privasinya. Dalam ruangan tersebut kulihat ada dua gelas diatas sofa dan juga cangkir dimeja. Semuanya membuatku penasaran, sedang yang punya rumah sibuk mempersiapkan masakan dan minuman untukku.

Oh ya, saya ialah seorang developer bidang IT yang gres saja tiba di Kota Metropolitan. Kedatanganku untuk bertemu salah satu klien yang akan menjalin kerjasama denganku, namun ketika saya mau mencari hotel sehabis melaksanakan pendaratan pesawat HPku berdering dan didalamnya ada sebuah pesan "Jika kau Ke Jakarta Singgahlah dirumahku" juga disertai alamat rumahnya dengan lengkap. Tentunya saya sangat senang, selain bertemu dengan kawan usang saya berharap bisa menginap gratis dirumahnya.

Beberapa ketika kemudian sehabis saya membaca buku yang ada dimeja, datanglah seorang perempuan memberikanku Jus hirau taacuh yang berwarna merah.
"Ini mas jus dulu semoga gak kegerahan. oh, ya Bapaknya lagi bertelfon dengan sahabat kerjanya jadi tunggulah. oh ya katanya anggaplah rumah sendiri" Kata perempuan sambil memberikanku sebuah Jus.

Akupun menikmati jus yang diberikan perempuan tadi.
"ah sesibuk itukah ia menyewa seorang pembantu?" tanyaku dalam hati.

Lalu saya melihat-lihat bagian-bagian rumahnya. Salah satu bab yang paling menarik ialah ruang keluarga ini, disampingnya terdapat balkon. Akupun menuju kesana dan membuatku terkagum dengan bab ruangan ini, kesibukan Kota jakarta terlihat dari sini.

Aku membayangkan bagaimana ketika malam tiba, lampu dari gedung-gedung pencakar langit pastinya menghiasi balkon, juga indahnya bintang malam akan terlihat disini. Balkon ini didesain untuk ruang berkumpulnya keluarga, ya disana terdapat bangku yang terbuat dari kayu juga mejanya, terdapat ayunan, perosotan dan bak ikan. Aku sungguh tak menyangka ia sudah bisa menciptakan rumah yang mungkin menelan biaya ratusan juta.

Tak usang kemudian temanku tiba dan menyapa.
"Hai wan, apa kabarnya?" Tanyanya sambil membawa tumpukan kertas.
"Baik. Kabar baik. Kamu bagaimana?" Tanyaku sambil ingin tau dengan semua ini.
"Oh ya baik juga. Namun yah begitulah selalu disibukan dengan pekerjaan" Jawabnya
"Ngomong-ngomong makasih ya membawaku kemari. Aku kesini mau bertemu klien besok, mau presentasi. Tadinya mau kehotel, eh ada pesan dari kau ke HP-ku. Ya singgah aja kesini" Aku memotong bicaranya.
"Oh ya sama-sama. Kita kan teman." Jawabnya
"Eh, rumah ini kau yang desain? Bagus lho saya suka balkonnya." Tanyaku penasaran
"Bukan, bukan saya yang desain tapi Anak saya?" Jawabnya sambil tertawa.
"Apa anakmu yang desain semua ini?" Sambil nada tak percaya.
"Iya lho" Jawabnya
"jadi kau sudah menikah? terus mana istrimu?" Tanyaku tak menyangka.
"Iya saya sudah menikah, istriku yang memberikanmu jus tadi" jawab temanku
"Kirain tadi pembantu, soalnya saya tak melihatnya juga sih. Fokus baca buku. Ngomong-ngomong anakmu mana yang ngerancang semua ini?"
"Dia lagi disekolah, masih SMA" jawab temanku
"Apa? masih Sekolah Menengan Atas bisa mendesain rumah semacam ini? Bagaimana bisa?" Nada saya tak percaya.
"Iya waktu Sekolah Menengah Pertama saya suka mengajarinya mendesain rumah dengan komputer" jawabnya sambil mengerutkan mata.
"Katanya kau belum menikah wan, terus mau kapan?" Tanya dia.
"Hahaha kapan? nanti saja liat sendiri. kalo nikah diundang kok." Jawab saya
"Eh, desain rumahmu ini asing lho. Pasti banyak uang yang dikeluarkan, iya kan?" tanya saya membelokan arah pembicaraan

Lalu sahabat saya menjelaskan ruangan demi ruangan dengan detail. Yang saya tangkap katanya kayu yang didinding itu dari Indonesia, namun diolah dijepang. Merupakan salah satu kayu dengan kualitas terbaik harganya juga fantastis. Kalo soal desain interior, beliau mendapatkannya dari salah satu perusahaannya yang sedang naik daun.

Setelah hampir setengah jam membahas desain rumah, Istrinya yang tadi saya anggap pembantu tiba dan mempersilahkan kami berdua memasuki Ruang Makan. kemudian kamipun makan.

Setelah berjam-jam dirumah sahabat saya, sayapun pamit mau mencari hotel terdekat dengan salah satu perusahaan yang akan menjadi mitraku.
"Eh, maaf saya haarus mencari hotel nih buat nginep. Eh hotel cantik yang bersahabat dengan perusahaan INDOSAIN apa ya?" Tanyaku
"Wan, kau gak usah nginep disini saja" jawabnya
"Ah enggak, nanti ngerepotin" timbal saya.
"Nginep aja udah..." beliau memotong perkataanku.
"Saya harus presentasi, juga besok gak boleh kesiangan" saya memotongnya
"Gak usah nginep dihotel, lagian pertemuannya juga malam ini dirumah saya." Kata temanku sambil menawarkan kartu nama kepadaku.
"Apa??? Kaprikornus yang mau menjalin kerjasama denganku itu kamu?" Saya makin tidak percaya
"Iya. hahaha" beliau tertawa terbahak-bahak
"Pantas saja lu tahu gue ada diJakarta" Kata saya dengan nada jengkel
"Eh udah lu ambil kamar sebelah timur buat istirahat lo. Nanti malam beberapa orang dari perusahaanku datang, jadi siap-siap ya jam delapan di saung yang diatas bak ikan dibawah sana." Kata temanku sambil membawaku ke kamar yang dimaksud.

Lalu saya memasuki kamar tersebut. Saat menuju balkon, balkon tersebut menghadap ke Selatan dimana saya bisa melihat terbenamnya matahari. Sedang lokasinya menciptakan matahari terbit kan menyapa siapapun yang tidur dikamar ini. Namun yang pasti, saya masih belum percaya dengan semua ini.


*******
Sebuah cerpen yang saya tulis beberapa bulan yang kemudian di facebook

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel