Materi Kuliah Perkembangan Akseptor Dididk - Ruang Lingkup Psikologi Akseptor Latih [Makalah]

Ruang Lingkup Psikologi Peserta Didik [Makalah]


MAKALAH

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI DALAM PEMBAHASAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK







Oleh Kelompok 1 :
Ketut Irwan Riswandi                                                 (1615051016)
Dewa Ketut Satriawan Suditresnajaya                      (1615051046)
Ricky Darmawan                                                         (1615051011)
Ni Putu Febriana Diah Widiani Sudiatmika             (1615051105)



PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016






KATA PENGANTAR

           Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat rahmat dan hidayahya, kami sanggup menuntaskan makalah ini. Makalah yang kami buat diperlukan sanggup menjadi panduan dalam mempelajari perkembangan akseptor didik kususnya dalam sub materi perihal Ruang Lingkup Psikologi dalam Pembahasan Perkembangan Peserta Didik. Dalam proses pembuatan makalah ini kami juga sangat banyak berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Yth. Bapak I Made Agus Wirawan,S.Kom.,M.Cs., selaku KetuaJurusan Pendidikan Teknik Informatika.
2.      Yth. Bapak  Pande Wayan Artha Suyasa, S.Pd, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, dan
3.      Teman-teman sejawat yang telah membantu kami dalam menuntaskan Makalah perihal Ruang Lingkup Psikologi dalam Pembahasan Perkembangan Peserta Didik.

Dalam pembuatan Makalah perihal Ruang Lingkup Psikologi dalam Pembahasan Perkembangan Peserta Didik ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah perihal Ruang Lingkup Psikologi dalam Pembahasan Perkembangan Peserta Didikini sanggup bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca kususnya dalam mempelajari perkembangan akseptor didik.


Singaraja, 16 Oktober 2016



( Penulis )


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ii
  DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang 1
  1.2  Rumusan Masalah 2
1.3  Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Psikologi 3
  2.2  Teori Perkembangan Peserta Didik 4
2.3  Tujuan & Manfaat Psikologi perkembangan Peserta Didik 5
  2.4  Kajian Perkembangan Kognitif, emosi, Sosial, & Spiritual Peserta didik 6
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan 10
  3.2  Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar keuntungannya bagi kehidupan manusia. Memang, semua disiplin ilmu mempunyai manfaat, tetapi tidak ada suatu disiplin ilmu menyerupai psikologi yang bisa menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan manusia. Betapa tidak, teori-teori dan riset psikologi telah dipakai dan diaplikasikan secara luas dalam aneka macam lapangan kehidupan, menyerupai ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan proses pembelajaran, industry, perdagangan, sosial-kemasyarakatan, politik, kesehatan, dan bahkan agama.

Objek tingkah laris psikologi khusus yaitu tingkah laris yang khusus itu biasanya terjadi pada orang – orang yangmempunyai kondisi atau berada pada situasi tertentu, dimana tingkah laris yang dimaksud ialah tingkah lakuseseorang dalam situasi belajar/pendidikan. Sedangkan tingkah laris khusus yang terjadi alasannya ialah orang tersebut
mempunyai kondisi tertentu, dimana tingkah laris orang yang kondisinya abnormal. Misalnya seseorang yangmemiliki lemah mental atau orang yang kondisi jiwanya mengalami gangguan.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut ialah beberapa kasus yang sanggup kami rumuskan dalam pembahasan materi ini yaitu, sebagai berikut :
a. Pengertian psikologi perkembangan dan akseptor didik
b. Tujuan dan manfaat psikologi perkembangan.
c. Teori perkembangan akseptor didik.
d. Kajian perkembangan kognitif, emosi, sosial dan spiritual akseptor didik.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah perihal Ruang Lingkup Psikologi dalam Pembahasan Perkembangan Peserta Didik, yakni mahasiswa diperlukan sanggup menjelaskan beberapa point, diantaranya :
a. Mahasiswa bisa menjelaskan pengertian psikologi perkembangan dan  pengertian akseptor didik.
b. Mahasiswa bisa memaparkan tujuan serta manfaat dari psikologi perkembangan.
c. Mahasiswa bisa menjelaskan teori perkembangan akseptor didik.
d. Mahasiswa bisa menjelaskan perkembangan akseptor didik dalam segi kognitif, emosi, sosial dan spiritual.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi
Psikologi merupakan suatu ilmu yang  mempelajari pengetahuan jiwa insan yang bisa dilihat dari aktivitas, gejala, dan sikap insan itu sendiri. Psikologi ini bekerjsama diambil dari kata bahasa inggris “psychology”. Psychology berasal dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos berarti ilmu.
Psikologi mempunyai definisi yang berbeda dari setiap jago psikologis. Contohnya Chaplin mendefinisikan pskologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai sikap insan dan binatang ketika mereaksi arus dan perubahan sekitar serta peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan. Lain halnya definisi psikologi dari Bruno yang menjelaskan bahwa psikologi merupakan ilmu perihal jiwa, kehidupan mental, dan tingkah laris organisme.
Kajian-kajian dari psikologi telah dilakukan semenjak final era ke 18 yang dilakukan oleh W. Wund. Di zaman ini, tidak hanya ilmu pengetahuan dan teknologi saja yang mengalami perkembangan melainkan ilmu dari psikologi itu sendiri juga terjadi perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan ilmu dari psikologi ini mempunyai beberapa cabang yakni psikologi umum dan psikologi khusus. Didalam psikologi umum terdapat ilmu yang mempelejari perihal jiwa insan yang sanggup dilihat dari aktivitas, sikap dari manusia. Berbeda halnya dengan psikologi khusus yang mengkaji jiwa sekelompok insan yang sanggup dikelompokkan dalam beberapa pecahan yaitu psikologi anak, psikologi remaja, maupun psikologi dewasa.





2.2 Teori Perkembangan Peserta Didik
Sebelum kita ke akseptor didik, kita harus  mengerti  dahulu  apa  itu  perkembangan dan  bagaimana  perkembangan  yang  baik  itu.  Istilah “perkembangan”  (development) dalam  psikologi  merupakan  sebuah  konsep yang  cukup  kompleks.  Di dalamnya terkandung  banyak  dimensi.  Menurut  F.J.Monks,  dkk.,  (2001),  pengertian perkembangan  menunjuk  pada  “suatu  proses  ke  arah  yang  lebih  sempurna  dan  tidak begitu saja sanggup diulang kembali. Perkembangan menghasilkan bentuk­bentuk dan ciri­ciri  kemampuan  baru  yang  berlangsung  dari  tahap  aktivitas  yang  sederhana  ke  tahap yang  lebih  tinggi.  Perkembangan  itu  bergerak  secara  berangsur­angsur  tetapi  pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Siswa atau akseptor didik ialah individu yang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan  merupakan  perubahan  yang  bersifat  progresif  yaitu  menuju  ke  tahap yang lebih tinggi, lebih besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian. Dalam proses pendidikan,  peserta  didik  berarti  salah  satu  komponen  manusiawi  yang  menempati posisi sentral.
Peserta  didik  menjadi  pokok  persoalan  dan  tumpuan  perhatian  dalam  semua proses  transformasi  yang  dikenal  dengan  sebutan  pendidikan.  Sebagai  komponen penting  dalam  sistem  pendidikan,  peserta  didik  sering  disebut  sebagai  bahan  mentah. Dalam  perspektif  psikologis,  peserta  didik  adalah  individu  yang  sedang  berada  dalam proses  pertumbuhan  dan  perkembangan,  baik  fisik  maupun  psikis  menurut  fitrahnya masing  –  masing.  Sebagai  individu  yang  tengah  tumbuh  dan  kembang,  peserta  didik memerlukan  bimbingan  dan  pengarahan  yang  konsisten  menuju  ke  arah  titik  optimal kemampuan fitrahnya.
Pada  umumnya  teori  mengenai  pekembangan  berkisar  pada  persoalan  yang berhubungan  dengan  pengaruh  pembawaan  dan  lingkungan  hidup  bagi  perkembangan individu.  Terdapat  beberapa  teori  yang  mempunyai  pengaruh  terhadap  praktek­praktek pendidikan di sekolah.
1. Teori Nativisme
Menurut  teori  ini  anak  sejak  lahir  telah  membawa  sifat­sifat  dan dasar­dasar tertentu atau yang biasa dinamakan sifat­sifat pembawaan. Tokoh utama aliran ini ialah Schopenhauer.
2. Teori Empirisme
Para  ahli  yang  mengikuti  pendirian  Empirisme  mempunyai  pendapat yang bertentangan dengan pendapat aliran Nativisme. Teori Empirisme beropini bahwa perkembangan itu tergantung pada faktor lingkungan. Tokoh utama dari aliran ini ialah John Locke.
3. Teori Konvergensi
Paham  Konvergensi  yang  dirumuskan  oleh  W.  Stern  ini  berpendapat  bahwa didalam  perkembangan  individu  itu  baik  dasar  atau  pembawaan  maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada  masing­masing  individu,  akan  tetapi  bakat  yang  sudah  tersedia  itu  perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya sanggup berkembang.

2.3 Tujuan dan Manfaat Psikologi Perkembangan Peserta Didik
2.3.1 Tujuan Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Psikologi perkembangan akseptor didik bertujuan :
Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laris serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri­ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak­anak di mana saja dan dalam lingkungan social­budaya mana saja.

a.       Mempelajari karakteristik umum perkembangan akseptor didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
b.      Mempelajari perbedaan­perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu.
c.       Mempelajari tingkah laris anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
d.      Khusus bagi guru, berkhasiat untuk:
1. Dapat menentukan dan memperlihatkan materi pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap tingkat perkembangan tertentu.
2. Dapat menentukan metode pengajaran dan memakai bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid – murid.
2.3.2 Manfaat Psikologi Perkembangan Peserta Didik
Psikologi perkembangan akseptor didik ialah sebuah disiplin ilmu yang secara khusus mempelajari perihal perkembangan tingkah akseptor didik dalam interaksinya dengan lingkungan. Manfaat mempelajari perkembangan akseptor didik diantaranya:

a.       Pengetahuan perihal perkembangan sanggup membantu kita dalam memperlihatkan respons yang tepat terhadap sikap tertentu seorang anak.
b.      Pengetahuan perihal perkembangan akseptor didik sanggup membantu guru mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai.
c.       Dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
d.      Pengetahuan perihal perkembangan memungkinkan para guru memperlihatkan bimbingan berguru yang tepat kepada anak.
e.       Studi perkembangan sanggup membantu kita memahami diri sendiri.

2.4 Kajian Perkembangan Kognitif, Emosi, Sosial dan Spiritual Peserta Didik
2.4.1 Kajian Perkembangan Kognitif Peserta Didik
Perkembangan kognitif ialah salah satu aspek perkembangan akseptor didik yang berkaitan  dengan  pengetahuan,  yaitu  semua  proses  psikologis  yang berkaitan  dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget:
a.        Anak ialah pembelajar yang aktif.
b.       Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
c.        Anak beradaptasi dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
d.       Proses ekuilibrasi pertanda adanya peningkatan ke arah bentuk­bentuk pemikiran yang lebih komplek.

2.4.2 Kajian Perkembangan Emosi Peserta Didik
Emosi  adalah  warna  efektif  yang  kuat  dan ditandai  oleh  perubahan­perubahan  fisik.  Pada  saat  terjadi  emosi  seringkali  terjadi perubahan­perubahan pada fisik, antara lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat jikalau marah, pupil mata membesar jikalau marah, bulu roma berdiri jikalau takut, dan lain sebagainya.
Sejumlah penelitian perihal emosi anak memperlihatkan bahwa perkembangan emosi akseptor didik bergantung kepada faktor kematangan dan faktor berguru (Hurlock 2002:  154). Untuk mencapai kematangan emosi, akseptor didik harus berguru memperoleh  citra perihal situasi yang sanggup menimbulkan reaksi emosional. Adapun  caranya ialah dengan membicarakan aneka macam kasus pribadinya dengan orang lain.


Secara  garis  besar  perilaku  dan  perkembangan  emosional  anak  ialah sebagai berikut :
1. Perkembangan Emosi Usia Pra Sekolah (3­5 tahun)
Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif, memberontak, menentang keinginan  orang  lain,  khususnya  orang  tua.  Pada  usia  ini  sikap  menentang  bias berubah  kembali  bila  orang  tua,  menunjukkan  sikap  konsisten  dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi pada anak terhadap orang tua. Usia ini merupakan usia  yang  temperamental  bagi  anak.  Pola­pola  emosi  yang  umum  pada  masa  ini ialah rasa takut, marah, emosi, iri, cemburu, dan rasa ingin tahu.
2. Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar
Menurut  Hurlock  (1998)  pola­pola  emosi  yang  belum  terjadi  pada  masa kanak­kanak ialah takut, malu, canggung, khawatir, marah, cemburu, sedih cita, keingintahuan, gembira, dan kasih sayang.
3.  Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa  remaja  atau  masa  adolensia  merupakan  masa  peralihan  atau  masa transisi  antara  masa  anak  ke  masa  dewasa.  Pada  masa  ini  individu  mengalami perkembangan  yang  pesat  mencapai  kematangan  fisik,  sosial,  dan  emosi.  Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan­perubahan fisik yang dialami remaja juga  menyebabkan  adanya  perubahan  psikologis.  Hurlock  (1973:17) disebut sebagai  periode  heightened  emotionality,  yaitu  suatu  keadaan  dimana  kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.
2.4.3 Kajian Perkembangan Sosial Peserta Didik
Maksud  perkembangan  sosial  ini  adalah  pencapaian  kematangan  dalam hubungan  atau  interaksi  sosial.  Dapat  juga  diartikan  sebagai  proses  belajar  untuk beradaptasi dengan norma­norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembangan  sosial  pada    anak  usia  SD/MI  ditandai  dengan  adanya ekspansi hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan sahabat sebaya, sehingga ruang gerak relasi sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini anak mulai mempunyai kesanggupan beradaptasi dari sikap berpusat  kepada  diri  sendiri  (egosentris)  kepada  sikap  bekerja  sama  (kooperatif) atau  sosiosentris  (mau  memperhatikan  kepentingan  orang  lain).  Anak  mulai berminat  terhadap  kegiatan­kegiatan  teman  sebaya  dan  bertambah  besar lengan berkuasa keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok.
Berkat  perkembangan  sosialnya,  anak  dapat  menyesuaikan  dirinya  dengan kelompok sahabat sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar  di  sekolah,  kematangan  perkembangan  sosial  ini  dapat  dimanfaatkan  atau dimaknai  dengan  memberikan  tugas­tugas  kelompok.  Tugas  kelompok  ini  harus memperlihatkan kesempatan kepada akseptor didik untuk mencapai tujuan bersama dan menunjukkan  prestasinya.  Siswa  dapat  belajar  tentang  sikap  dan  kebiasaan  dalam bekerja sama, saling menghomati, tenggang rasa, dan tanggung jawab.
Sesuai  dengan  teori  komprehensif  tentang  perkembangan  sosial  yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap  manusia  menempuh  langkah  yang  berlainan  satu  dengan  yang  lain.  Dalam teori  Erickson  dinyatakan  bahwa  manusia  (anak)  hidup  dalam  kesatuan  budaya yang  utuh,  alam  dan  kehidupan  masyarakat  menyediakan  segala  hal  yang dibutuhkan  manusia  namun  sesuai  dengan  minat,  kemampuan,  dan  latar  belakangkehidupan budayanya maka berkembang kelompok­kelompok sosial yang beraneka ragam.
Perkembangan  sosial  pada  peserta  didik  ditandai  dengan  adanya  ekspansi hubungan,  di  samping  dengan  anggota  keluarga  juga  dengan  teman  sebaya, sehingga ruang gerak relasi sosialnya bertambah. Biasanya akseptor didik mulai memiliki  kesanggupan  menyesuaikan  diri  dari  sikap  berpusat  pada  diri  sendiri (egosentris),  kepada  sikap  bekerja  sama  (koperatif)  atau  mau  memerhatikan kepentingan orang lain (sosiosentris). Hal ini berkaitan dengan sikap yang ada pada peserta  didik  itu  sendiri.  Apakah  dengan  sikap  atau  emosi  yang  stabil  menyerupai bersikap respect terhadap diri sendiri dan orang lain atau bersikap tidak baik menyerupai tidak mau bergaul dengan orang lain.


2.4.4 Kajian Perkembangan Spiritual Peserta Didik
Kepercayaan anak kepada Tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan hasil pemikiran, akan tetapi merupakan sikap emosi yang berafiliasi erat  dengan kebutuhan jiwa akan proteksi dan kasih sayang. Oleh alasannya ialah itu, dalam mengenalkan  Tuhan kepada anak, sebaiknya ditonjolkan sifat­sifat pengasih dan penyayangnya. Jangan menonjolkan sifat yang menghukum, mengazab, atau memperlihatkan siksaan dengan neraka.
Sampai kira­kira usia 10 tahun, ingatan anak masih bersifat mekanis, sehingga kesadaran beragamanya hanya merupakan hasil sosialisasi orang tua, guru, dan  lingkungannya. Oleh alasannya ialah itu, pengamalan ibadahnya mash bersifat peniruan, belum dilandasi kesadarannya.
Pada usia 10 tahun ke atas, semakin bertambah kesadaran anak akan fungsi agama baginya, yaitu berfungsi moral dan sosial. Anak mulai sanggup mendapatkan bahwa nilai­nilai agama lebih tinggi dari nilai­nilai pribadi atau keluarga. Dia mulai mengerti  bahwa agama bukan kepercayaan pribadi atau keluarga, tetapi kepercayaan masyarakat. Berdasarkan pengertian ini, maka sembahyang, dan ibadah sosial (menolong fakir miskin) sangat menarik baginya.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukkan nilai­nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak sangat dipengaruhi  oleh proses pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan  agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting.





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikologi perkembangan akseptor didik merupakan suatu ilmu yang mempelajari pengetahuan perkembangan jiwa dari seorang akseptor didik yang dilihat dari gejala, kegiatan dan juga perilakunya. Perkembangan psikologi akseptor didik ini dimulai dari masa kanak-kanak sampai remaja yang ditandai dengan perubahan-perubahan dari mental, emosi, spiritual dan juga kognitif dari akseptor didik.
3.1 Saran
            Dari kesimpulan diatas sanggup diambil sebuah saran kepada pendidik biar lebih mempelajari dan  mengetahui perkembangan akseptor didik dalam hal perkembangan jiwa baik perkembangan psikologi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Sehingga pendidik sanggup mengetahui perubahan-perubahan dalam segi metal, emosi, spiritual sampai kognitif dimana perubahan-perubahan tersebut sanggup menjadi titik contoh dalam memperlihatkan pembelajaran kepada akseptor didik, alasannya ialah setiap tahap perkembangan akseptor didik akan berbeda-beda cara atau psoses derma pembelajarannya kepada akseptor didik tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Jee.Psikologi Perkembangan akseptor didik . https://creationsje.wordpress.com/2014/07/05/psikologi-perkembangan-peserta-didik/. 11 Oktober 2016
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Refika Aditama
Yusuf, Syamsu., Sugandhi, N. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel