Mengenang Sirkuit Ancol, Sirkuit Internasional Pertama Di Indonesia
Jauh sebelum ada sirkuit Sentul, Indonesia sudah punya sirkuit bertaraf internasional sendiri dengan nama Sirkuit Ancol atau lengkapnya Jaya Ancol Circuit Jakarta. Pembangunan sirkuit ini sendiri dimulai pada tahun 1970an ketika industri otomotif nasional begitu pesatnya berkembang sesudah masuknya investasi Jepang. Sesuai dengan namanya, sirkuit legendaris Indonesia ini berada diwilayah Ancol, Jakarta Utara.
Layout sirkuit ini kurang lebih sama ibarat sirkuit perkotaan dengan jalur lurus yang mendominasi dipadukan dengan tikungan patah. Hanya saja, sebab pembangunan di Jakarta jaman 70an dulu belum sepesat sekarang, bayangkan saja daerah desa atau perumahan yang belum dibangun sehingga hanya berupa tanah kosong dengan ilalang serta beberapa pohon diberi jalanan aspal dan digunakan untuk balap. Sebegitu sederhananya sirkuit ini sampai-sampai paddock akseptor balapanpun berada dibawah pohon.
Pembangunan sirkuit ini dimulai pada tahun 1971 dengan nilai mencapai 150 juta dimana Astra dan PT Indocement patungan 30 juta rupiah dan sisanya 120 juta rupiah ditanggung oleh PT Pembangunan Jaya. Dana ini kemudian diserahkan kepada pengelola sirkuit Ancol, PT Jaya Ancol Sirkuit untuk membangun sirkuit dengan luas lahan 40 hektar yang tanahnya dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya (Ciputra). Sebagai perbandingan harga, Lamborghini Espada yang diimpor oleh PT Hasda Motor ketika itu dapat dibeli seharga 45 juta rupiah sementara Toyota Kijang "Buaya" pickup dapat dibeli di dealer Toyota dengan harga 1,5 juta rupiah saja.
Meski kondisi sirkuit ini jauh dari kata layak untuk standar jaman sekarang, namun ada banyak program berskala internasional yang dihadirkan di sirkuit ini ibarat contohnya Grand Prix Ancol, endurance 7 jam Ancol dan sebagainya. Mobil-mobil yang berlaga di sirkuit ini juga sebetulnya tidak main-main juga. PT. Astra misalnya, pernah membuatkan Toyota Starlet KP47 dan Toyota Corolla KE30 dengan Tom's Jepang khusus untuk spesifikasi sirkuit ini.
Gelaran balap disirkuit ini juga sangat ramai. Masyarakat Indonesia ketika itu masih begitu ingin tau dengan olah raga otomotif ini. Melihat potensi penghasilan yang besar, gubernur DKI Jakarta ketika itu, Ali Sadikin hingga menunjuk seorang Tinton Soeprapto yang merupakan pembalap Indonesia dengan prestasi yang membanggakan sebagai maskot sirkuit Ancol untuk menyedot pembalap gila semoga mau membalap di Sirkuit Ancol.
Meskipun sirkuit ini cukup sukses sebagai ikon olah raga otomotif Indonesia ketika itu, namun ternyata ada beberapa permasalahan yang melanda kepengurusan sirkuit ini ibarat kepemilikan lahan dimana pembangunan perumahan glamor milik Jaya Real Estate (Ciputra) yang berada dilahan yang juga dijadikan sirkuit menciptakan daerah sirkuit Ancol yang semula seluas 40 hektar mengecil menjadi 12 hektar saja. Kegiatan balap disirkuit ini juga mulai menggangu warga sekitar dimana bunyi kendaraan beroda empat balap dan polusi menggangu pemukiman. Alih kepemilikan lahan juga bukan merupakan pilihan sebab Ciputra sebagai pemilik lahan tidak mau menjual lahannya. Akhirnya, atas keputusan gubernur DKI Jakarta, Soeprapto mengirim perintah kepada Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) yang pada ketika itu dijabati oleh Hutomo Mandala Putra semoga memperbolehkan penggunaan sirkuit Ancol hingga dibangun penggantinya.
Kondisi sirkuit Ancol yang mulai memprihatinkan ibarat tribun dan paddock yang rusak sebab minimnya perawatan hingga perlengkapan pendukung keselamatan sirkuit yang minim menciptakan pembangunan sirkuit menjadi perlu. Hal ini menciptakan kondisi sirkuit Ancol ketika itu sangat tidak memungkinkan lagi untuk menggelar ajang balap berskala internasional ibarat contohnya Formula 1. Pada akhirnya, dibangunlah pengganti dari sirkuit Ancol ini dengan nama sirkuit Sentul yang terletak di desa Sentul, Cibinong, Bogor sekitar 40 Km dari Jakarta.
Ketika Sentul selesai dibangun pada tahun 1992, otomatis kontrak sirkuit Ancol berakhir sudah. Kini bekas sirkuit Ancol sudah menjelma pemukiman warga dimana tower kontrol, tribun penonton dan sebagainya jika tidak jadi rumah ya jadi taman. Satu-satunya bekas sirkuit Ancol yang dapat ditemui mungkin hanyalah aspalnya itupun dibeberapa titik ibarat tikungan ditimur sudah menjelma taman. Salah satu gelaran balapan terakhir dari sirkuit ini mungkin yakni Pemuda Pancasila Race 92 pada tanggal 14 Juni 1992 yang pada kelas sedan kecil dimenangkan oleh Toyota Corolla GTi yang dikemudikan Indra Saksono diikuti Tommy Santoso yang juga mengendarai Corolla GTi kemudian diikuti oleh Dolly Indra N. yang mengendarai Mazda Astina. Sumber https://mobilmotorlama.blogspot.com/